Monday 22 December 2025 - 14:19
Pelajaran dari Al-Qur'an | Perintah Al-Qur’an tentang Skala Prioritas dalam Kebaikan; Mengapa Orang Tua Ditempatkan di Urutan Pertama?

Hawzah/ Al-Qur’an  dalam Surah an-Nisā’ ayat 36 menggambarkan sebuah sistem kebijaksanaan yang sangat matang dalam hal berbuat baik (ihsān). Sistem ini dimulai dari kedua orang tua, kemudian meluas secara bertahap kepada pihak-pihak lainnya. Susunan yang cerdas ini menjadi jaminan bagi terwujudnya keadilan sosial dan keseimbangan batin, karena di satu sisi memperkuat ikatan kekeluargaan, dan di sisi lain memperluas lingkaran kebaikan dalam masyarakat. Dengan cara ini, manusia terhindar dari jerat keangkuhan dan kesombongan.

Berita Hawzah - Selama bulan suci Ramadhan, ikutilah serial kajian dari "Ayat-Ayat Pedoman Hidup", yang merupakan kumpulan ayat Al-Qur'an al-Karim beserta tafsir singkat dan aplikatif yang menjadi pedoman hidup dan kunci kebahagiaan. Mari kita sinari hari-hari di bulan Ramadhan dengan Kalam Ilahi.

Hujjatul Islam wal Muslimin Hadi Husein Khani

Bismillahirrahmanirrahim; Dalam Surah An-Nisa ayat 36, Allah Swt berfirman:

{وَاعْبُدُوا اللَّهَ وَلَا تُشْرِکُوا بِهِ شَیْئًا وَبِالْوَالِدَیْنِ إِحْسَانًا وَبِذِی الْقُرْبَیٰ وَالْیَتَامَیٰ وَالْمَسَاکِینِ وَالْجَارِ ذِی الْقُرْبَیٰ وَالْجَارِ الْجُنُبِ وَالصَّاحِبِ بِالْجَنْبِ وَابْنِ السَّبِیلِ وَمَا مَلَکَتْ أَیْمَانُکُمْ إِنَّ اللَّهَ لَا یُحِبُّ مَنْ کَانَ مُخْتَالًا فَخُورًا}

"Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatu pun. Dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapa, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh, teman sejawat, ibnu sabil dan hamba sahayamu. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membangga-banggakan diri,"

Allah Swt dalam ayat mulia ini menegaskan: “Sembahlah Allah dan jangan mempersekutukan-Nya dengan apa pun; dan berbuat baiklah kepada kedua orang tua, kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga dekat dan tetangga jauh, para sahabat dan pendamping, orang-orang yang kehabisan bekal di perjalanan, serta para hamba sahaya. Sungguh, Allah tidak menyukai orang yang angkuh dan membanggakan diri.”

Dengan merenungi ayat yang agung ini, kita memahami bahwa Allah Swt., setelah memerintahkan hamba-hamba-Nya untuk beribadah secara murni kepada-Nya dan melarang segala bentuk kesyirikan, kemudian memerintahkan mereka untuk berbuat ihsan (kebaikan yang tulus) kepada berbagai kelompok dalam masyarakat. Dalam perintah ilahi ini, Allah memulai dari kedua orang tua, lalu dilanjutkan kepada kelompok-kelompok lainnya.

Poin yang sangat penting dan bernilai dalam ayat mulia ini adalah penetapan skala prioritas yang sangat tepat dalam perintah berbuat ihsan (kebaikan).

Allah Yang Maha Bijaksana, ketika menjelaskan tingkatan-tingkatan ihsan, memulai dengan menyebut kedua orang tua. Hal ini dengan jelas menunjukkan betapa tinggi dan agungnya kedudukan berbakti kepada ayah dan ibu dalam ajaran Islam. Dengan kata lain, selama kedua orang tua masih membutuhkan kebaikan dan perhatian, maka mendahulukan pihak lain tidaklah tepat.

Setelah kebutuhan orang tua terpenuhi, barulah giliran kerabat, dan di antara kerabat pun, yang paling dekat memiliki prioritas dibandingkan yang lebih jauh.

Kemudian, tetangga dekat didahulukan atas tetangga yang jauh, dan urutan ini berlanjut hingga mencakup orang-orang yang kehabisan bekal di perjalanan serta mereka yang berada di bawah tanggungan dan kepemilikan seseorang (seperti hamba sahaya pada masa itu).

Seluruh kelompok ini termasuk dalam lingkup ihsan dan kebaikan, namun semuanya harus dilakukan dengan memperhatikan urutan dan prioritas yang telah ditetapkan secara bijaksana oleh Allah Swt.

Susunan ini mencerminkan sistem etika Islam yang seimbang, adil, dan berorientasi pada keteraturan sosial serta kematangan spiritual manusia.

Ini adalah poin penting yang harus senantiasa kita ingat dan perhatikan. Oleh karena itu, setiap kali dalam ayat-ayat Al-Qur’an dibahas tentang ihsan (berbuat kebaikan), yang pertama kali disebut adalah ihsan kepada kedua orang tua, kemudian barulah tingkatan-tingkatan berikutnya.

Pada bagian penutup ayat mulia ini, Allah Swt. berfirman: “Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membangga-banggakan diri,"”

Pernyataan yang penuh hikmah ini mengisyaratkan sebuah kebenaran mendasar bahwa ihsan dan amal kebajikan merupakan sarana pendidikan ruhani yang menumbuhkan kerendahan hati dan ketawadhuan dalam diri manusia, khususnya ketika berbuat baik kepada kerabat dan kaum yang membutuhkan. Pada saat yang sama, ihsan berfungsi sebagai benteng moral yang melindungi manusia dari sifat sombong, egoisme, dan perasaan superioritas diri—sifat-sifat tercela yang secara tegas dibenci oleh Allah Swt.

Tags

Your Comment

You are replying to: .
captcha